Peralatan: Spotting Scope Kowa TSN-4 & Redmi Note 9 (smartphone)
Object: Elang Wallacea | Nisaetus nanus | Wallace's Hawk-eagle
Status konservasi: Vunerable (VU) by IUCN Red List | Dilindungi
Peralatan: Spotting Scope Kowa TSN-4 & Redmi Note 9 (smartphone)
Object: Elang Wallacea | Nisaetus nanus | Wallace's Hawk-eagle
Status konservasi: Vunerable (VU) by IUCN Red List | Dilindungi
Burung Cekakak belukar (Halcyon smyrnensis) atau White-breasted Kingfisher merupakan jenis burung yang masuk dalam kelompok raja udang yang sebelumnya tidak dokumentasi di wilayah Yogyakarta atau Jawa Tengah.
Pada tanggal 24 Juli 2017 bisa dibilang menjadi tanggal penting untuk catatan cekakak belukar di Yogyakarta. Sebuah perjumpaan yang tidak terduga. Waktu itu saya sedang fokus mengamati Cekakak Suci/Australia (Todirhamphus sanctus) dan Raja-udang biru (Alcedo coerulescens) dan tiba-tiba ada burung yang mirip Cekak jawa (Halcyon cyanoventris). Tapi setelah burung itu bertengger di tempat yang terbuka baru ketahuan kalau yang saya lihat adalah cekakak belukar.
14 individu Biru-laut ekor-hitam, 17/10/2021 |
Common Name : Great Knot
Indonesia : Kedidi Besar
Scientific name: Calidris tenuirostris
Movement: Migratory
Conservation status: Vulnerable (Population decreasing)
Phonescoping through Kowa TSN4 (Spotting scope) and Redmi Note 9 (android smartphone) at Progo Estuary, Yogyakarta (Java), Indonesia.
Taken date: 18.10.2021
Muara Sungai Progo, 17 Oktober 2021
Hari minggu yang dimulai dengan gerimis tipis di Muara Sungai Progo dan kami tetap melanjutkan untuk mengamati burun pantai migrant yang sedang singgah sementara di lokasi itu. Burung Cerek pasir mongolia atau Lesser Sand Plover dengan nama ilmiah Charadrius mongolus ini menjadi burung yang rutin mengunjungi Muara Sungai Progo dan sekitar Trisik di Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Foto ini saya abadikan menggunakan kamera smartphone android Redmi Note 9 yang saya kombinasikan dengan teropong atau monokuler, atau spotting scope Kowa TSN 4. Sebuah teropong usang tapi kwalitasinya masih cukup bagus.
Lesser Sand Plover | Progo Estuary | 17 Oct 2021 |
Hari minggu kemarin (17/10/2021) pagi sedikit bingung mau pengamatan burung di mana. Akhirnya pilihannya adalah pengamatan burung pantai migrant di Muara Sungai Progo, Kulon Progo, Yogyakarta. Kegiatan pengamatan ini juga sekalian memberikan anak kesempatan bermain air sungai.
Ini menjadi kesempatan langka karena bisa ketemu dengan kelompok burung pantai dengan nama Biru-laut ekor-hitam dalam jumlah banyak. Jarang sekali saya melihat burung ini, khususnya di muara progo, dengan jumlah lebih dari 10 individu dalam satu kelompok.
Burung ini cukup bersahabat ketika sudah asik mencari makan di satu tempat. Ini saya videokan menggunakan smartphone redmi note 9 yang saya sambungkan ke monokuler/spotting scope Kowa TSN4
Genus: Elymnias Hübner, 1818 | Species: hypermnestra Linnaeus, 1763
Tanaman inang: Jenis kelapa/palem (Arecaceae/Palmae)
Betina Elymnias hypermnestra, Senik 17.08.2021 |
Kupu-kupu dengan dominasi warna coklat ini cukup umum di sekitar rumah kami. Biasanya terlihat terbang dari tanaman satu ke tanaman lain. Nah, kupu-kupu inilah yang ulatnya sering menghabiskan daun bonsai kelapa di rumah kami.
Ya, kupu dengan Elymnias hypermnestra ini tanaman inangnya adalah jenis palem-paleman seperti kelapa dan kurma.
Pagi ini swaktu sedang bebersih menyapu teras anak saya melihat kupu-kupu yang baru keluar dari pupa (kepompong) di daun tanaman Kurma di halaman rumah kami. Saya langsung mengambil kamera untuk mendokumentasikan, tentunya. Dan ternyata dalam satu pohon tidak hanya satu individu kupu-kupu yang baru keluar dari kepompongnya. Ada satu yang berjenis kelamin Jantan di sebelahnya.
Ular Pucuk, Ahaetulla prasina, 16.08.2021 |
Pulau Masakambing, 22 Maret 2021 - Burung Alap-alap sapi atau dengan nama ilmiah Falco moluccensis ini saya foto di Pulau Masakambing pada bulan maret yang lalu. Tepatnya tanggal 22 Maret 2021 pada saat melakukan survey potensi ekowisata bersama Lembaga ARuPA (Aliansi Relawan Untuk Penyelamat Alam) dan Forum Ekowisata Jawa Timur (East Java Ecotourism Forum).
Pada saat sedang keliling menyusuri jalan di samping kebun Cengkeh (Syzigium aromaticum) nampak ada satu individu burung yang terbang dan sekilas bentuknya adalah burung pemangsa. Saya bersama kawan saya, Bung Zuqi, langsung mencari posisi terakhir burung tersebut hinggap. Burung dengan nama barat Spotted Kestrel atau Moluccan Kestrel ini hinggap di salah satu Pohon Kelapa dan terlihat sedang mencabik mangsa yang kemungkinan adalah burung. Namun demikian, kami kesulitan mengidentifikasi jenis burung apa yang menjadi mangsanya.
Spotted Kestrel (Falco moluccensis), 22.03.2021 |
Setelah berhasil mendokumentasikan beberapa frame kami pun meninggalkan burung tersebut supaya bisa melanjutkan memangsa burung kecil yang terus dicengkeramnya.
Sumatera, Juli 2021 - Perjumpaan dengan Cinene Merah (Orthotomus sericeus) di Sumatera menjadi catatan pertama saya. Karena memang jarang sekali pengamatan burung di Sumatera. Sebelumya saya pernah melihat jenis ini di Kalimantan Timur tapi tidak berhasil memotretnya.
Kali ini saya berhasil mendokumentasikan burung dengan nama inggris Rufous-tailed Tailorbird ini. Tak hanya dewasanya yang berhasil saya foto. Anakannya pun berhasil saya foto. Kebetulan sewaktu menemukan burung ini di Desa Segamai, Kecamatan Teluk Meranti, Kabupaten Pelalawan, Riau ini si induk sedang mengajari anaknya mencari makan.
Sangat menarik! si anak burung berekor merah karat ini mengikuti pergerakan dari induknya yang terus bersuara sambul berpindah dari ranting satu ke ranting yang lain. Cukup lama saya mengawasi gerak-gerik dari burung dari keluarga Cisticolidae ini.
Individu dewasa dapat dibedakan warna di kepala yang merah |
Anakan warna merah di kepala belum terlihat |
Meski kepala belum terlihat merah, ciri warna pada ekor sudah nampak |
Warna merah pada ekor di individu anak bisa digunakan sebagai kunci identifikasi Cinenen Merah |
birdtalak#10 |
Hai kalian yang merasa sebagai pengamat burung (birdwatcher) atau minimal yang sudah mulai menyukai dunia pengamatan burung, atau kalian yang menisbahkan diri sebagai Pecinta Lingkungan, ini adalah cara tepat kalian dalam mengisi perpanjangan PPKM Level 4 diakhir minggu nanti.
Indonesian Ornithologist's Union (IdOU) berkolaborasi dengan Paguyuban Pengamat Burung Jogjakarta (PPBJ) dan Fakultas Teknobiologi Universitas Atma Jaya Yogyakarta (FTb UAJY) mengajak kalian untuk kembali menilik dan mengulik lebih dalam mengenai dunia perburungan.
Tema kali ini adalah "Suara Burung - Karakter Identitas Jenis dan Ekologi" dengan dua narasumber yang kalian pasti sudah tidak asing lagi. Duet maut duo Bas yaitu Dr. Sebastian (Bas) van Balen yang sudah puluhan tahun melakukan penelitian burung di Indonesia. Mungkin sebelum kamu lahir pak Bas dari Belanda ini sudah lebih dulu blusukan di hutan Indonesia. Kemudian Dr. Karyadi Baskoro atau yang biasa dipanggil Kang Bas, Dosen FMIPA Universitas Diponegoro yang juga sudah puluhan tahun mengamati dan meneliti burung di Indonesia.
Acara ini akan diselenggarakan pada hari Sabtu tanggal 14 Agustus 2021. Dimulai pukul 13.00 sampai dengan selesai pukul 15.00 Wib. Selesai tidak selesai wajib dikumpulkan!!
Silahkan langsung saja klik link pendaftarannya di http://bit.ly/birdtalk10
Selamat Belajar!!
Elang jawa dewasa di Taman Nasional Gunung Merbabu |
Selangkah demi selangkah jalan setapak itu kudaki diringi deru nafas yang semakin kencang terdengar. Jantung bekerja keras memompa oksigen yang masuk dan mendistribusikan ke seluruh tubuh. Bisa dibayangkan ya, mau jalan ke medan berat tidak didahului dengan persiapan olahraga. Misi kali ini adalah untuk memastikan keberadaan Elang Jawa (Nisaetus bartelsi) di Taman Nasional Gunung Merbabu.
Mungkin tak lebih dari 10 langkah kaki di 30 menit pertama naik dari Dusun Ngagrong, Desa Ngagrong, Kecamatan Ampel, Boyolali, saya berhenti untuk tarik nafas dalam-dalam dan mengelap keringat dikening. Mungkin baru separuh jalan waktu kaki sudah terasa berat untuk melangkah dan tas yang hanya berisi monokuler, jas hujan dan air minum 1500ml jadi sangat berat.
Burung Tukik Tikus atau Sasia abnormis merupakan burung terkecil dalam kelompok burung pelatuk. Bayangkan saja, ukurannya cukup kecil hanya berukuran jempol tangan. Tingkahnya yang lucu dan unik menarik perhatian pengamat burung untuk dapat mengamatinya dan fotografer untuk mengabadikannya dalam jepretan kamera.
Burung Tukik Tikus (Sasia abnormis) tercatat di dusun Gunungkelir, Jatimulyo, Kepanewon Girimulyo, Kabupaten Kulon Progo, Yogyakarta |
Di dusun Gunungkelir Desa Jatimuyo yang masuk Kepanewon (Kecamatan) Girimulyo, Kabupaten Kulon Progo burung imut ini terpantau di kebun-kebun warga. Keberadaannya terlindungi dan terjaga oleh komitmen warganya yang melindungi keanekaragaman burung di sana. Burung-burung aman tidak terganggu oleh aktivitas terlarang.
Alas Purwo, Jawa Timur
Capungjarum dengan postur tubuh yang sangat ramping. Antara jantan dan betina memiliki warna tubuh yang berbeda. Untuk jantan memiliki warna pada mata yang hitam dan hijau pada bagian bawah. Toraks atau dada hitam dan abu-abu pada bagian sisi ventral. Kemudian perut berwarna hitam. Jenis ini biasanya berdiam diri di semak-semak dan sulit ditemukan. Tipe ekosistem rawa, semak-semak yang dekat dengan kolam dangkal di hutan dataran rendah menjadi habitat utamanya.
capungjarum dada-merah, T.euglena Jantan dewasa/ Alas Purwo 2020 |
Capungjarum endemik ini persebarannya juga diketahui cukup terbatas. Semenjak ditemukan pada kisaran tahun 1930an hanya ditemukan di Sumatera, Jawa bagian tengah (yogyakarta) dan yang terbaru di jawa timur, di Alas Purwo.
Sumber Gedang - Alas Purwo, East Java (Java), Indonesia
Dokumentasi capungjarum dengan warna yang sangat cantik ini saya dapatkan di kawasan Sumber Gedang yang berada di area Alas Purwo. Lebih tepatnya di wilayah yang dikelola oleh Perhutani. Sumber gedang merupakan kawasan sumber air seperti rawa. Airnya besar dengan tanaman-tanaman rumput dan semak yang masih cukup asri. Cocok menjadi habitat berbagai jenis capung.
Capungjarum dengan nama inggris Orange-tailed Sprite ini menjadi koleksi pertama saya. Di Jogja seringkali terlewat. Foto ini saya peroleh ketika sedang mengerkan proyek penelitian Capungjarum dada-merah bersama BISA Indonesia yang didukung oleh Mohammed Bin Zayed Species Conservation Fund. Targetnya adalah status populasi dan distribudi dari capungjarum dada-merah atau Teinobasis euglena.
Lokasi: Kalimantan Timur
Nama Indonesianya adalah Caladi Belacan atau Dendrocopos canicapillus. Termasuk ke dalam keluarga Picidae atau pelatuk-pelatukan. Berukuran kecil (15 cm), berstrip hitam dan putih. Tanpa warna merah pada tubuh bagian bawah, mahkota abu-abu. Jantan: coretan merah di atas dan di belakang mata. Dada tersapu jingga kuning, perut bercoret kehitaman.
Iris coklat keputih-putihan, paruh abu-abu, kaki abu-abu kehijauan.
Surili jawa (Presbytis comata) merupakan jenis primata endemik Pulau Jawa yang statusnya kian terancam punah dengan status keterancaman saat ini Endangered atau Genting menurut IUCN (International Union for Conservation of Nature and Natural Resources).
Bertengger pada pohon Kirinyu |
Jenis monyet pemakan daun ini dikatakan endemik karena memang distribusinya terbatas hanya ada di pulau jawa saja. Itupun dari ujung barat sampai ujung timur jawa Surili hanya ditemukan di Jawa Tengah saja dengan distribusi paling timur di Gunung Merbabu.
Terdapat dua sub-spesies surili jawa yang dapat kita jumpai yaitu Presbytis comata comata yang distribusinya di Jawa Barat dan Presbytis comata fredericae yang ditemukan di hutan dataran tinggi Jawa Tengah. Sub-spesies fredericae ini di jawa tengah kemudian dipanggil dengan nama Rekrekan.
Induk burung udang api membawa serangga sejenis laba-laba ke sarang untuk diberikan kepada anaknya. |
Jatimulyo - Phonescoping; Black-naped Monarch, Kehicap ranting, Hypothymis azurea Dua anak Kehicap ranting menunggu induknya di dalam sarang...