03 June 2021

Sekilas mengenal Rekrekan, Surili Jawa di Taman Nasional Gunung Merbabu

Surili jawa (Presbytis comata) merupakan jenis primata endemik Pulau Jawa yang statusnya kian terancam punah dengan status keterancaman saat ini Endangered atau Genting menurut IUCN (International Union for Conservation of Nature and Natural Resources).

Bertengger pada pohon Kirinyu

Jenis monyet pemakan daun ini dikatakan endemik karena memang distribusinya terbatas hanya ada di pulau jawa saja. Itupun dari ujung barat sampai ujung timur jawa Surili hanya ditemukan di Jawa Tengah saja dengan distribusi paling timur di Gunung Merbabu. 

Terdapat dua sub-spesies surili jawa yang dapat kita jumpai yaitu Presbytis comata comata yang distribusinya di Jawa Barat dan Presbytis comata fredericae yang ditemukan di hutan dataran tinggi Jawa Tengah. Sub-spesies fredericae ini di jawa tengah kemudian dipanggil dengan nama Rekrekan. 

Tahun 2020 saya berkesempatan untuk melakukan kegiatan bersama dengan Taman Nasional Gunung Merbabu. Diundang untuk bergabung dalam tim monitoring Elang Jawa (Nisaetus bartelsi) di ‘gunung tembakau’ itu untuk beberapa hari. Pada kesempatan hari pertama, di sore hari, saya dan tim dipertemukan dengan satu individu Rekrekan yang sedang mencari makan di salah satu blok hutan di Resort Ampel, Boyolali. 

Monyet berhidung pesek dengan bibir tebal dengan warna semu jingga itu sekilas agak seram. Seperti muka nenek-nenek tua tanpa senyum. Jika ketemu di malam hari didepan muka mungkin akan langsung kabur lihat mukanya.

Merbabu, 7 September 2020

Sebagai salah satu jenis monyet endemik dan terancam punah ini distribusinya memang terbatas dan jumlah populasinya bisa dibilang juga sedikit. Tahun 2012 jumlah populasi yang berhasil terhitung di TN Gunung Merbabu diperkirakan hanya ada 15 individu saja yang ditemukan di blok Dok cilik 6 ekor, blok tulangan 4 ekor dan blok pandean 5 ekor (Hidayat, S. 2013).

Menurut cerita mbak Endah, PEH (Pengelola Ekosistem Hutan) Merbabu yang sudah menjelajah hampir seluruh blok yang ada di Taman Nasional, individu yang kami temui itu seperti individu yang terasingkan dari kelompoknya. Itulah mengapa kami sore itu hanya menemukannya sendirian berkelana mencari makan di lembah-lembah curam blok ngagrong.

O iya, mau tahu kenapa Rekrekan disebut sebagai monyet pemakan daun? Ya, karena memang makanan utamanya 60% berupa pucuk daun muda atau kuncup daun. Meski buah-buahan dan biji-bijian serta bunga juga dimakan. Kemudian untuk di Gunung Merbabu Rekrekan juga memakan daun tumbuhan Akasia (Acacia decuren), Sengiran (Pittosporum moluccanum), Kemlandingan gunung (Mycura javanica), Dempul, Kemiren, Picis, Wuru dan Wilodo. Itu sebagian jenis-jenis tumbuhan yang sudah teridentifikasi di Taman Nasional Gunung Merbabu.

Tamana Nasional Gunung Merbabu menjadikan Rekrekan sebagai satwa prioritas yang mendapat perhatian khusus. Setiap tahun dilakukan monitoring dan pendataan populasi dan distribusinya. Tujuannya adalah untuk mengetahui jumlah populasinya dan distribusi baru rekrekan di Merbabu.

Perjumpaan dengan rekrekan di ngagrong itu merupakan kesempatan yang sangat langka bagi saya. Alhamdulillah, bisa mendokumentasikan "si muka nenek" penguuni Merbabu.

No comments:

Post a Comment

Sunda Scops-owl, Otus lempijii from Baraja Harjosari Village, Lampung

Sunda Scops-owl (Otus lempijii) , from night birdwatching activities in buffer villages of Way Kambas National Park, Lampung. Braja Harjosar...