Elang jawa dewasa di Taman Nasional Gunung Merbabu |
Selangkah demi selangkah jalan setapak itu kudaki diringi deru nafas yang semakin kencang terdengar. Jantung bekerja keras memompa oksigen yang masuk dan mendistribusikan ke seluruh tubuh. Bisa dibayangkan ya, mau jalan ke medan berat tidak didahului dengan persiapan olahraga. Misi kali ini adalah untuk memastikan keberadaan Elang Jawa (Nisaetus bartelsi) di Taman Nasional Gunung Merbabu.
Mungkin tak lebih dari 10 langkah kaki di 30 menit pertama naik dari Dusun Ngagrong, Desa Ngagrong, Kecamatan Ampel, Boyolali, saya berhenti untuk tarik nafas dalam-dalam dan mengelap keringat dikening. Mungkin baru separuh jalan waktu kaki sudah terasa berat untuk melangkah dan tas yang hanya berisi monokuler, jas hujan dan air minum 1500ml jadi sangat berat.
Berhenti dan duduk di sepotong kayu yang ada di pinggir jalan. Kalau mobil mungkin itu over-heat kali ya? Pak Hendro dari Taman Nasional Gunung Merbabu (TNGMb) mengajak ngobrol agar fokus saya teralihkan. Mungkin ya. Beliau cerita tentang temannya yang tiba-tiba kesurupan karena naik ke merbabu dihari yang tabu bagi warga sekitar untuk naik ke gunung. Kemudian tragedi kaki beliau yang terkilir karena harus mendampingi kawan yang harus cepat-cepat turun ke kampung karena ada sesuatu. Itu kemudian yang membuat saya kembali mengingat bahwa tidak ada daya upaya kecuali kekuatan Allah. Atas izin Allah insyaa allah kita akan sanggup melewati segala rintangan.
Setelah kondisi tubuh sudah lebih baik saya kembali menyusul teman-teman yang telah lebih dulu jalan di depan. Pun demikina dengan Pak Hendro yang juga lebih dulu. Jarak kami mungkin sekitar 50 meter. Allahu Akbar! Itu yang saya ucapkan dalam hati ketika jalan terus menanjak tanpa jalan datar.
Kami sampai di area sarang sekitar pukul 9 pagi kurang beberapa menit. Kondisi cuaca berkabut cukup tebal. Wah, kok malah kabut - ucapku dalam hati.
“eh eh! Itu mas elangnya soaring!” Seru mas Eko yang mengantar kami ke lokasi sekaligus buka jalan yang tertutup karena lama tidak dilewati.
Kami menunggu, jenis burung lain yang teramati kami catat untuk menambah catatan dalam list burung tahun ini. Kondisi sarang terlihat sedang dalam berbaikan dengan adanya penambahan ranting-ranting baru tanpa daun. Apa mungkin ini baru mau mulai berkembangbiak? Bisa jadi!
Karena ngelangut nungguin elang jawa yang tak kunjung datang, saya coba scroll-scroll hape dan menemukan file Film Doraemon yang dilanjutkan dengan menontonnya. Baru beberapa menit film berjalan mas eko kembali memberikan kode dan aba-aba kalau ada elang yang datang. Sekitar pukul 12.31 wib individu dewasa elang jawa bertengger di dahan pohon Kesowo (Engelhardia serrata) persis di depan kami. Hanya saya dan mas Eko yang melihat. Tiga anggota tim yang lain di bawah dan tidak mendapatkan momen elang jawa bertengger yang kemudian hilang terbawa kabut tebal yang naik. Alhamdulillah, beberapa frame foto sudah kami dapat sebagai bukti ada elang jawa di blok ngagrong.
Setelah elang jawa pergi entah kemana, kabut tebal tidak kunjung hilang sampai pukul 15.00 wib. Kondisi yang serba tidak pasti apaka mungkin elang akan kembali ke sarang dan kembali bekerja membetulkan sarangnya akhirnya kami putuskan untuk mengakhiri kegiatan pengamatan dihari pertama.
No comments:
Post a Comment