10 July 2020

Mengamati Siamang Liar di Hutan Lampung, Sumatera

Siamang (Symphalangus syndactylus), kera hitam yang terancam punah. Apa penyebabnya? Perburuan dan semakin berkurangnya hutan alami yang menjadi habitat, rumah tinggal mereka.
Saya mengenal yang namanya kera hitam siamang sejak tahun 2003 dan sudah beberapa kali mengamati mereka di hutan. Hanya saja waktu itu belum sempat mendokumentasikan.

Hari ke 14 (empatbelas) di bulan April tahun 2018 berkesempatan mengikuti kegiatan di daerah Kota Agung, Lampung. Satu keluarga kecil siamang yang terdiri dari satu jantan dan betina dewasa, satu remaja dan satu anakan. Mereka terlihat di salah satu pohon di diantara rerimbunan pohon yang sudah terkepung oleh luasnya kebun kopi. 


Sebagai informasi, 
Siamang adalah kera hitam yang berlengan panjang, dan hidup pada pohon-pohon. Pada umumnya, siamang sangat tangkas saat bergerak di atas pohon, sehingga tidak ada predator yang bisa menangkap mereka. Siamang merupakan spesies terancam, karena deforestasi habitatnya cepat.Siamang tidak memliki ekor dan memiliki postur tubuh yang kurang tegak. Siamang juga memiliki perkembangan otak yang tinggi. Siamang berwarna hitam agak cokelat kemerahan. Kera ini memiliki anyaman antara jari kedua dan ketiga.

Di dunia diketahui terdapat dua subspesies diantaranya Siamang Sumatera S.s.syndactylus yang hidup di umum hidup di hutan sumatera dan Siamang Malaysia S.s.continentis di semenanjung Malaysia. 

Peta distribusi Siamang. Sumber: wikipedia

Mengamatinya langsung di hutan merupakan kesempatan langka yang tidak semua orang bisa dapat kesempatan itu. 

Saya mencoba mendokumentasikan mereka yang asik bercengkerama sesama mereka di pagi itu. Mungkin sekitar 30 menitan saya dan tim mengamati mereka sebelum berpindah ke pohon lain untuk menghindar dari kami yang rombongan ber-enam.

Jika saya amati kondisi habitat tersisa di lokasi itu jarak hutan alami jaraknya sekitar 500 meter dari lokasi keluarga kecil siamang itu. Kemungkinan cara merek berpindah dari loaksi yang secara kasat mata dikelilingi kebun itu dengan cara turun ke tanah dan berjalan. Karena memang tidak ada koridor hutan yang meungkinkan mereka berpindah dengan cara bergelayutan, berayun dari dahan pohon satu ke dahan pohon yang lain (perilaku ini disebut brakhiasi).

Dengan segala keterbatasan dan hutan yang masih tersisa semoga keluarga kecil kera hitam ini bisa tetap bertahan dan terus berkembang biak. Berdampingan dengan para petani kopi di sana.

Berikut ada video pendek yang berhasil saya dokumentasikan.


Jangan lupa klik videonya, like, comment, share dan subscribe channelnya ya.

2 comments:

  1. Superb records of these amazing creatures! I remember watching them on Planet Earth as a teenager. Hopefully they will not fall prey to humans’ greed.
    Greetings from Sri Lanka!

    ReplyDelete
    Replies
    1. Yes,. it is very amazing and very memorable in my mind. it's very rare we can see them in the wild very close like in my videos

      Delete

Sunda Scops-owl, Otus lempijii from Baraja Harjosari Village, Lampung

Sunda Scops-owl (Otus lempijii) , from night birdwatching activities in buffer villages of Way Kambas National Park, Lampung. Braja Harjosar...