Jatimulyo, 10 February 2023
Jumat pagi tanggal 10 February 2023 saya memang ada janji dengan seorang mahasiswa S3 dari Cornell University untuk wawancara untuk keperluan penelitian dia. Saya mengajak Sitta, istri saya ikut ke Jatimulyo. Niat saya memang setelah selesai wawancara dengan kandidat Doktor dari Amerika itu langsung mengamati burung Cucak kuning (Rubigula dispar) yang sedang dalam proses merawat dua anaknya yang sudah menetas beberapa waktu lalu.
Selesai wawancara hampir jam 11 (sebelas) siang dan waktu sudah mendekati sholat Jum'at. Kami kembali ke Omah Sulingan untuk istirahat sambil menunggu waktu sholat jum'at tiba. Ngamatin cucak kuningnya nanti ba'da jum'at saja.
Mungkin sekitar jam satu siang Saya, Sitta, Ikmal dan Mas Danar masuk ke lokasi sarang cucak kuning itu berada. Saya dan Sitta oleh Ikmal diarahkan untuk mengamati dari posisi yang berbeda dari posisi mereka. Harapannya biar bisa mendapatkan angle foto yang bagus dan tidak terhalang batang pohon yang ada sarangnya. O iya, Ikmal dan Mas Danar adalah tim yang sedang mengamati dan mencatat setiap aktivitas dari burung cucak kuning tersebut.
Tidak butuh waktu lama untuk menunggu cucak kuning datang kembali ke sarang. Individu satu ini seperti sedang mengawasi kami yang baru saja datang dan mendekat ke sarang mereka.
Mungkin ketika dirasa aman burung tersebut langsung terbang meninggalkan kami. Selanjutnya, individu yang lain (pasangannya) teramati hinggap di sarang. Namun sayang, posisi induk terhalang dua batang pohon sehingga posisinya tidak bagus untuk di foto. Beberapa kali seperti itu sehingga kami memutuskan untuk bergabung ke lokasi ikmal dan mas danar.Dari lokasi pengamatan Ikmal dan Mas Danar, kami bisa mengamati aktivitas cucak kuning itu dalam melakukan perawatan anaknya. Seperti yang bisa kita lihat di foto atas ini, induk cucak kuning mengambil kotoran yang keluar dari kloaka salah satu anaknya. Tujuannya mungkin supaya sarang tetap dalam kondisi bersih sehingga tidak mengundang semut yang bisa membahayakan kedua anaknya.
Kalau dilihat seperti mau dimakan ya? Kotoran itu dibawanya pergi menjauh dari lokasi sarang mereka berada. Entah dijatuhkan di mana. Kami tidak bisa melihatnya dengan jelas. Setahu kami terbangnya cukup jauh dari sarang.
Beberapa saat kemudian induk datang ke sarang dengan membawa makanan untuk anaknya yang dibawanya dengan cara menjepitnya dengan paruhnya.
Aktivitas dan perkembangan dari anak cucak kuning ini oleh KTH Wanapaksi dan Yayasan Kanopi Indonesia terus dipantau. Setiap aktivitas dan perilaku yang tercatat, menurut Ikmal, kemudian akan dianalisa dan dituangkan dalam sebuah tulisan ilmiah. Dengan demikian informasinya dapat menjadi rujukan bagi siapa saja yang ingin mengetahui perilaku berbiak burung cucak kuning.
Satu buah untuk satu anak. Setelah itu induk pergi untuk mencari makanan lagi untuk anaknya. Perilaku itu dilakukannya terus berulang kali. Sebagai bentuk tanggung jawa orangtua dalam membesarkan anak.
Burung-burung ini sangat beruntung hidup di pedukuhan Gunungkelir, Desa Jatimulyo, Kepanewon Girimulyo yang masyarakatnya sudah peduli dan berkomitmen untuk melestarikan burung-burung di lingkungan mereka.
Pengamatan hari itu kami cukupkan jam 14.30 wib dan kembali ke rumah. Masih ada janji dan urusan yang harus kami selesaikan hari itu.
"Manuke lestari, alame ora sepi/Burungnya lestari, alamnya tidak sepi" kira-kira seperti itu tagline masyarakat Jatimulyo.
No comments:
Post a Comment