Beberapa tahun terakhir media sosial untuk berbagi foto menjadi media yang paling diminati di Indonesia. Seiring berkembangnya dunia teknologi khususnya Telepon Pintar atau Smartphone juga semakin mumpuni dalam hal fotografi. Dan itu yang saat ini digandrungi mulai dari anak usia sekolah hingga umur setengah tua. Ups,.
Lalu bagaimana fotografi burung menggunakan smartphone?
Nah, ini yang belum banyak dipilih bagi sebagian besar pengamat dan peneliti burung di Indonesia. Alasannya jelas, smartphone saja tentu tidak mumpuni untuk memotret burung. Phonescoping namanya, metode memotret menggunakan smartphone yang dipadukan dengan Monokuler atau Spotting Scope. Phonescoping di wilayah barat (eropa) banyak digunakan, bahkan ada Group Facebook yang khusus memuat foto hasil phonescoping.
Phonescoping memberi keuntungan tersendiri bagi pengamat maupun peneliti burung dan satwaliar lainnya. Mengapa demikian?
Gampangnya begini sih, memotret burung maupun satwaliar lainnya menggunakan metode phonescoping kita bisa langsung pilih dan share ke media sosial atai group – group tertentu seperti Whatsapp atau sekedar berbagi melalui Instagram. Bagi yang ingin menayangkan secara langsung (Live) bisa langsung melakukannya selama signal internet memadai.
Kemudian, degan metode ini jarak antara kita dengan object bisa sangat aman dan burung tidak akan merasa terganggu karena jangkauan spotting scope bisa menjangkau burung dengan jarak yang lumayan jauh. Contoh foto burung Cangak Abu (Ardea cinerea) dibawah ini. Jarak dari lokasi saya duduk lebih dari 50 meter berada di seberang laguna.
Apa yang dibutuhkan untuk phonescoping?
Phonescoping adalah kombinasi antara smartphone dengan spotting scope maupun binokuler, dan adapter khusus maupun yang universal untuk menghubungkan smarthone ke spotting scope. Bagi sebagian besar pengamat burung di Indonesia spotting scope adalah benda yang sangat mahal. Saran saya kalau alat itu dirasa mahal secara individual maka bisa mengoptimalkan alat dari organisasi dimana kalian berafiliasi. Minimal satu komunitas pengamat burung yang bernaung di kampus – kampus keren indonesia punya satu spotting scope dan lebih dari satu binokuler. Untuk adapter universal bisa lah beli sendiri dari uang saku yang dicelengi. Toh harganya lebih murah dari kuota internet selama satu bulan. Jangan lupa gunakan tripod supaya tidak goyang dombret.
Saya saat ini menggunakan Spotting Scope Kowa Prominar TSN-4 dengan eyepiece 25x. Spotting scope tua dari Kowa Ltd. Japan yang sudah minta diganti eyepiecenya. O iya, itu bukan spotting scope saya pribadi ya. Itu punya jaringan. Jadi kalau sewaktu – waktu diminta oleh organisasi itu bisa saja. Tapi saya masih punya binokuler, meskipun perbesarannya hanya 8 X 36 itu ndak masalah. Masih bisa buat phonescopingan juga.
Jadi, memotret burung menggunakan smartphone, why not bro!
No comments:
Post a Comment