Gn, Sega, Karangasem, Bali |
CINENEN JAWA | OLIVE-BACKED TAILORBIRD | Orthotomus sepium (Horsfield, 1821)
Orang Jawa menyebutnya burung ciblek. Khusus para penggemar burung kicau menyebutnya burung Ciblek Jawa. Ada juga yang menyebutnya sebagai Perenjak Merah. Orang jawa yang dari dulu selalu menggunakan ilmu titen, menandai kericuhan suara burung cinenen sebagai pertanda akan ada tamu yang datang ke rumah.
Burung dengan nama ilmiah Orthotomus sepium ini memiliki ukuran yang kecil. Hanya berkisar 11 centimeter jika diukur dari ujung paruh hingga ujung ekor. Bagi para penggemar burung kicau tidak sulit untuk membedakan jenis ini dengan jenis yang lain. Termasuk membedakan mana jantan dan betina. Sebagai informasi, burung jantan pada jenis ini memiliki warna mahkota, kerongkongan dan pipi yang merah-karat. Bulu lainnya berwarna abu-abu kehijauan dengan warna perut putih tersapu warna kuning. Sedangkan burung betina memiliki warna kepala tidak semerah individu jantan, dagu dan tenggorokannya berwarna putih.
Gn, Sega, Karangasem, Bali |
Untuk suara jenis ini tidak bisa diragukan lagi. Karena suara dan perpaduan warna bulu yang keren itulah yang akhirnya menjadi penyebab perburuan untuk diperdagangkan menjadi tinggi. Kebutuhan burung untuk memenuhi kalangan penghobi saat ini cukup tinggi. Tidak percaya? silahkan datang ke pasar-pasar burung di daerah anda dan cek keberadaan jenis ini. Sudah pasti ada.
Secara umum jenis ini tersebar hanya di pulau Jawa, Bali dan Lombok. Jika dlihat dari persebaran berdasarkan anak jenis (sub-species) diantaranya sebagai berikut;
- Orthotomus sepium sundaicus (Hoogerwerf, 1962): Pulau Panaitan (Jawa barat).
- Orthotomus sepium sepium (Horsfield, 1821): Jawa, Bali dan Lombok.
Nah, jika dilihat dari persebaran maka foto ini merupakan ras atau anak jenis Orthotomus sepium sepium karena ini saya foto di pulau Bali pada awal November lalu.
Burung ini umumnya ditemukan dengan perilaku yang unik. Bergerak cukup aktif di semak bawah dan pucuk pohon. Berdasarkan strata ketinggian lokasi perjumpaan, burung ini dapat dijumpai hingga ketinggian 1875 mdpl.
Saat ini penangkapan teradap jenis ini masih terus terjadi. Jika tidak ada upaya untuk menghentikannya atau minimal menguranginya maka kedepan dikhawatirkan jenis ini akan punah. Menilik pada status perlindungannya jenis ini tidak termasuk ke dalam jenis yang dilindungi baik oleh Undang-undang maupun Peraturan Pemerintah yang berlaku di Indonesia. Jadi butuh kesadaran dari dalam diri pribadi dan berkomitmen untuk tidak membiarkan kepunahan terjadi.
No comments:
Post a Comment